Selasa, 17 November 2009

Mengapa Peternakan Salah Satu Penghasil Emisi GRK Terbesar?

Dalam laporan PBB (FAO) yang berjudul Livestock's Long Shadow, menyatakan bahwa industri peternakan adalah penghasil emisi gas rumah kaca yang terbesar yaitu 18%, jumlah ini lebih banyak dari gabungan emisi gas rumah kaca seluruh transportasi di seluruh dunia yang hanya 13%. 
Emisi gas rumah kaca industri peternakan menyumbang 9 % karbon dioksida, 37 % gas metana yang efek pemanasannya 72 kali lebih kuat dari CO2 dalam 20 tahun dan 23 kali dalam 100 tahun), 65 % dinitrogen oksida (efek pemanasan 296 kali lebih kuat dari CO2), serta 64 % amonia yang menjadi penyebab hujan asam. 
Peternakan menyita 30% dari seluruh permukaan tanah kering di Bumi dan 33% dari area tanah yang subur dijadikan ladang untuk menanam pakan ternak. 
Peternakan juga menjadi penyebab dari 80% penggundulan Hutan Amazon karena dialih-fungsikan menjadi ladang ternak.
Peternakan juga bertanggung jawab atas konsumsi dan polusi air yang sangat banyak. Di Amerika Serikat sendiri, trilyunan galon air irigasi digunakan untuk menanam pakan ternak setiap tahunnya. Sekitar 85% dari sumber air bersih di Amerika Serikat digunakan untuk itu. Ternak juga menimbulkan limbah biologi berlebihan bagi ekosistem.
Selain kerusakan terhadap lingkungan dan ekosistem, industri ternak juga tidak hemat energi. Industri ternak memerlukan energi yang berlimpah untuk mengubah ternak menjadi daging. Untuk memproduksi 1 kg daging menghasilkan emisi CO2 sebanyak 36,4 kg. Sedangkan untuk memproduksi satu kalori protein, hanya memerlukan dua kalori bahan bakar fosil untuk menghasilkan kacang kedelai, tiga kalori untuk jagung dan gandum. Akan tetapi memerlukan 54 kalori energi minyak tanah untuk protein daging sapi.
Itu berarti kita telah memboroskan bahan bakar fosil 27 kali lebih banyak hanya untuk membuat sebuah hamburger daging daripada konsumsi yang diperlukan untuk membuat hamburger dari kacang kedelai!
Sumbangan sektor peternakan terhadap peningkatan gas rumah kaca menurut FAO, yaitu:
Emisi karbon dari pembuatan pakan ternak
 Penggunaan bahan bakar fosil dalam pembuatan pupuk menyumbang 41 juta ton CO2 setiap tahunnya
 Penggunaan bahan bakar fosil di peternakan menyumbang 90 juta ton CO2 per tahunnya (misalnya pada diesel atau LPG)
 Alih fungsi lahan yang digunakan untuk peternakan menyumbang 2,4 milyar ton CO2 per tahunnya, termasuk di sini lahan yang diubah untuk merumput ternak, lahan yang diubah untuk menanam kacang kedelai sebagai makanan ternak, atau pembukaan hutan untuk lahan peternakan
 Karbon yang terlepas dari pengolahan tanah pertanian untuk pakan ternak (misal jagung, gandum, atau kacang kedelai) dapat mencapai 28 juta CO2 per tahunnya. Perlu diketahui, setidaknya 80% panen kacang kedelai dan 50% panen jagung di dunia digunakan sebagai makanan ternak
 Karbon yang terlepas dari padang rumput karena terkikis menjadi gurun menyumbang 100 juta ton CO2 per tahunnya

Emisi karbon dari sistem pencernaan hewan
 Metana yang dilepaskan dalam proses pencernaan hewan dapat mencapai 86 juta ton per tahunnya
 Metana yang terlepas dari pupuk kotoran hewan dapat mencapai 18 juta ton per tahunnya

Emisi karbon dari pengolahan dan pengangkutan daging hewan ternak ke konsumen
 Emisi CO2 dari pengolahan daging dapat mencapai puluhan juta ton per tahun
 Emisi CO2 dari pengangkutan produk hewan ternak dapat mencapai lebih dari 0,8 juta ton per tahun

Dari uraian di atas dapat dilihat besaran sumbangan emisi gas rumah kaca yang dihasilkan dari sektor peternakan. Di Australia, emisi gas rumah kaca dari sektor peternakan lebih besar dari pembangkit listrik tenaga batu bara. Dalam kurun waktu 20 tahun, sektor peternakan Australia menyumbang 3 juta ton metana setiap tahun (setara dengan 216 juta ton CO2), sedangkan sektor pembangkit listrik tenaga batu bara menyumbang 180 juta ton CO2 per tahunnya.
Tahun lalu, penyelidik dari Departemen Sains Geofisika (Department of Geophysical Sciences) Universitas Chicago, Gidon Eshel dan Pamela Martin, juga menyingkap hubungan antara produksi makanan dan masalah lingkungan. Mereka mengukur jumlah gas rumah kaca yang disebabkan oleh daging merah, ikan, unggas, susu, dan telur, serta membandingkan jumlah tersebut dengan seorang yang berdiet vegetarian.
Mereka menemukan bahwa jika diet standar Amerika beralih ke diet tumbuh-tumbuhan, maka akan dapat mencegah satu setengah ton emisi gas rumah kaca ekstra per orang per tahun. Kontrasnya, beralih dari sebuah sedan standar seperti Toyota Camry ke sebuah Toyota Prius hibrida menghemat kurang lebih satu ton emisi CO2.

0 komentar:

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More